Minggu, 05 Februari 2012

inisiasi akar

PENDAHULUAN
Dasar Teori
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah:
1) Perkembangan buah
Pada waktu biji matang berkembang, biji mengeluarkan auksin ke bagian-bagian bunga sehingga merangsang pembentukan buah. Dengan demikian, pemberian auksin pada bunga yang tidak diserbuki akan merangsang perkembangan buah tanpa biji. Hal ini disebut partenokarpi.
2) Dominansi apikal
Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah. Dominansi apikal merupakan akibat dari transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam meristem apikal.
3) Absisi
Daun muda dan buah muda membentuk auksin, agar keduanya tetap kuat menempel pada batang. Tetapi, bila pembentukan auksin berkurang, selapis sel khusus terbentuk di pangkal tangkai daun dan buah sehingga daun dan buah gugur.
4) Pembentukan akar adventif
Auksin merangsang pembentukan akar liar yang tumbuh dari batang atau daun pada banyak spesies.
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).

Tujuan
Merangsang pembentukan akar pada stek batang kacang hijau dengan auksin.
TINJAUAN PUSTAKA
Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah: Perkembangan buah, Dominansi apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif.
Kejadian di dalam alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method yaitu dengan the straight growth tets dan curvature. Indoleacetaldehyde. Diidentifikasikan test sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA.
Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah Sintesis Auxin, Pemecahan Auxin dan In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap :
a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominasi
e. Pertumbuhan akar (root initiation)
f. Parthenocarpy
g. Abisission
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi
METODOLOGI
Alat
Botol berwarna gelap, aluminium foil, pisau silet, penggaris, pisau silet, gelas piala, kapas
Bahan
30 biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), 2,4-Dinitrofenol (2,4-D)
Cara kerja
1. Merendam 10 biji kacang hijau dalam air selama 5 menit, kemudian dikecambahkan dalam botol selama 5 hari.
2. Menyiapkan 5 botol selai kemudian dibungkus dengan aluminium foil sampai tertutup rapat, kemudian menyiapkan tutup gabus dengan dilubangi di tengahnya sebagai tempat tanaman yang sudah dikecambahkan 5 hari sebelumnya. Kemudian 4 botol diberi perlakuan 2,4-D 2 ppm per liter dan 1 botol untuk kontrol.
3. Dengan pisau tajam, memotong tanaman tepat di atas permukaan tanaman. Menghilangkan kotiledon dan memotong hipokotil pada 5 cm dari berkas tempat menempelnya kotiledon. Dengan cepat dimasukkan hipokotil tersebut dalam lubang pada tutup botol sehingga pasangan daun berada di luar botol.
4. Mengamati setelah 5 hari:
a. Jumlah akar yang keluar
b. Panjang batang

HASIL PENGAMATAN
Tabel 1: Keadaan tanaman sebelum diberi perlakuan 2,4-D
No Tipe Tanaman Perlakuan Panjang batang awal (cm)
1 Kontrol 13,5
2 Perlakuan I 14,3
3 Perlakuan II 15,2
4 Perlakuan III 11,9
5 Perlakuan IV 12,2

Tabel 2: Keadaan tanaman setelah diberi perlakuan 2,4-D
No Tipe tanaman perlakuan Panjang batang setelah perlakuan (cm) Keadaan Akar
Hipokotil ke pucuk Hipokotil ke akar Panjang Total
1 Kontrol 6,8 8,3 15,1 Tumbuh 3 akar
2 Perlakuan I 8,2 9,8 18 Tidak tumbuh
3 Perlakuan II 9 10,4 19,4 Tidak tumbuh
4 Perlakuan III 6,2 8,9 15,1 Tidak tumbuh
5 Perlakuan IV 7,6 7,5 15,1 Tidak tumbuh

PEMBAHASAN

Sebagai salah satu senyawa yang masuk ke dalam grup hormon auksin, maka 2,4-D dapat bekerja maksimum untuk pembelahan dan pembesaran sel serta pembentukan akar stek bila diberikan dalam konsentrasi rendah. Herbisida jenis 2,4 -D ini tergolong ideal, karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya : relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan dalam pengaplikasiannya. Senyawa 2,4-D sangat ampuh untuk membasmi gulma berdaun sempit pada lahan persawahan (Kristisanani, 2006).

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah herbisida sistemik yang umum untuk digunakan dalam mengontrol gulma yang tumbuh dalam tanaman pertanian. Herbisida ini merupakan jenis terbanyak yang digunakan di seluruh dunia. Tidak hanya itu, 2,4-D dikenal sebagai salah satu jenis auksin sintetik yang penting. Biasanya digunakan dalam penelitian laboratorium untuk menguji berbagai tumbuhan dan sebagai suplemen pada sel tumbuhan di dalam media kultur seperti MS Medium (Winarno, 1979). Selain sebagai herbisida, 2,4-D juga berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang bila digunakan dalam konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman. Sebaliknya apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Senyawa ini memiliki sifat yang selektif pada gulma, sehingga dapat mematikan gulma tetapi tanaman pokok yang dibudidayakan tidak terganggu.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terjadi penambahan panjang batang kacang hijau sesudah diberi perlakuan hormon auksin 2,4-D. Namun setelah diberi perlakuan 2,4-D akar tidak terangsang untuk tumbuh, yaitu dengan pembuktian tumbuhnya akar pada kontrol dan tidak tumbuhnya akar pada kacang hijau yang dapat perlakuan. Seharusnya setelah pemberian hormon auksin 2,4-D dengan konsentrasi rendah, yaitu sekitar 2 ppm, akan membentuk akar primer yang banyak, tetapi pada percobaan tidak ditumbuhi akar sama sekali dari ke mpat tanaman yang diberi perlakuan 2,4-D. Mungkin hal ini disebabkan dari fisiologi kacang hijau itu sendiri. Sehingga ZPT 2,4-D tidak mampu bekerja secara maksimal


KESIMPULAN
tanaman yang diberi perlakuan dengan 2,4-D tidak tumbuh akar sama sekali, padahal seharusnya senyawa ini dapat memacu pembelahan sel tanaman dengan cepat apabila diberikan dalam konsentrasi yang rendah sehingga dapat mempengaruhi perbanyakan akar. Hal yang di duga mungkin karena keadaan fisilogi kacang hijau itu sendiri. Sehingga senyawa ini tidak mampu bekerja dengan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Peranan Zat Pengatur Tumbuh
http://mybioma.wordpress.com/. diakses pada tanggal 22 Januari 2012

Kristisanani. 2006. Pengaruh Pemberian Triakontanol terhadap Produksi tanaman Kacang Hijau (Phaseolusra diatusvar Betet). Diakses dari Http://llibrary@lib.unair.ac.id. tanggal 22 Januari 2012.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.

Winarno, F.G. dan M. Aman. 1979. Fisiologi Lepas Panen. Sustra Hudaya : Bogor.

zat pengatur tumbuh

PENDAHULUAN
Dasar Teori
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormone tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah ” hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan,hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor.
Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
A. Faktor Luar
1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat.
2. Kelembaban.
3. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
4. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap. Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
B. Faktor Dalam
1. Faktor hereditas merupakan faktor yang berkaitan dengan keturunan atau gen
2. Hormon.

Tujuan
Mengenal dan mengetahui hormon, fungsi, mekanisme kerja serta produksinya dalam tubuh tumbuhan.

TINJAUAN PUSTAKA
Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian yang lain, pada konsentrai yang sangat rendah mampu menimbulkan respon fisiologis. Hormon mempengaruhi responpada bagian tumbuhan, seperti pertumbuhan akar, batang, pucuk, dan pembungaan. Respon tersebut tergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, dan berbagai factor lingkungan. Terdapat lima hormon tumbuhan yang dikenal, yaitu:
Auksin
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah:
1) Perkembangan buah
Pada waktu biji matang berkembang, biji mengeluarkan auksin ke bagian-bagian bunga sehingga merangsang pembentukan buah. Dengan demikian, pemberian auksin pada bunga yang tidak diserbuki akan merangsang perkembangan buah tanpa biji. Hal ini disebut partenokarpi.
2) Dominansi apikal
Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah. Dominansi apikal merupakan akibat dari transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam meristem apikal.
3) Absisi
Daun muda dan buah muda membentuk auksin, agar keduanya tetap kuat menempel pada batang. Tetapi, bila pembentukan auksin berkurang, selapis sel khusus terbentuk di pangkal tangkai daun dan buah sehingga daun dan buah gugur.
4) Pembentukan akar adventif
Auksin merangsang pembentukan akar liar yang tumbuh dari batang atau daun pada banyak spesies.

Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada 1930 dari kajian terhadap tanaman padi yang sakit. Padi yang terserang jamur Gibberella fujikuroi tersebut tumbuh terlalu tinggi. Para ilmuwan Jepang mengisolasi zat dari biakan jamur tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Bentuk-bentuk giberelin diantaranya adalah GA3, GA1, GA4, GA5, GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh jamur dan tumbuhan tinggi. Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar.
Giberelin memiliki beberapa peranan, antara lain:
1. Memacu perpanjangan secara abnormal batang utuh.
2. Perkecambahan biji dan mobilisasi cadangan makanan dari endosperm untuk pertumbuhan embrio.
3. Perkembangan bunga dan buah.
4. Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan.
5. Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.
Sitokinin
Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip.
Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.
2. Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.
3. Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasandaun.
4. Menunda penuaan daun.
5. Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah masa istirahat biji (breaking dormancy).
Gas etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen disintesis oleh tumbuhan danmenyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilenyang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering digunakan para pedagang untuk mempercepat pemasakan buah.Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah.
Asam absisat (ABA)
Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon ini dibentuk pada daun-daun dewasa. Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah:
1) Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan dormansi tunas.
2) Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedangberkembang dan mendorong sintesis protein simpanan.
3) Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.

METODOLOGI
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember, alat tulis dan cangkul.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air, tanah gembur, bibit jagung (Zea mays) dan polybag.
Cara Kerja
1. Memasukkan tanah gembur dalam 3 polybag
2. Merendam biji jagung dalam air selama 3 menit
3. Menanam biji jagung dalam polybag yang telah berisi tanah gembur sebanyak 5 biji tiap polybag dengan kedalaman yang sama dan jarak yang sama
4. Menyiram polybag tersebut
5. Meletakkan 3 polybag di tempat gelap
6. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi (kondisi batang, daun serta akar semua tanaman) setiap interval waktu 5 hari selama 15 hari.

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1: Hasil pengamatan pertumbuhan jagung di tempat gelap

No Tanaman Jagung Panjang Batang Tanaman Jagung dalam Interval Waktu Pengamatan Selama 15 Hari (cm)
5 Hari (dalam polybag) 10 Hari (dalam polybag) 15 Hari (dalam polybag)
I II III I II III I II III
1 Ke-1 7,5 6,5 10 30 34 38 37 40 48
2 Ke-2 9 6 11 38 31 34 45 37 40
3 Ke-3 12,5 4,5 7 34 24 33 41 30 39
4 Ke-4 8 5 7,5 31 20 19 38 26 25
5 Ke-5 6 - - 27 - - 33 - -

Keterangan :
Rata-rata pertumbuhan batang cepat tetapi keadaannya tidak sehat, batang tanaman mempunyai warna kekuningan diduga kerena mengalami etiolasi, dan daun hanya tumbuh 1-2 daun setiap tanaman.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan diketahui pertumbuhan tanaman jagung berbeda meskipun dalam tempat dan perlakuan yang sama. Hal ini diketahui dari panjang batang tanaman jagung yang berbeda, bahkan ada biji jagung yang tidak tumbuh seperti yang ditunjukkan pada tanaman jagung ke-5 pada polybag II dan III. Dalam percobaan diberikan perlakuan perkecambahan di tempat gelap atau dengan menutup polybag. Namun secara keseluruhan proses perkecambahan berlangsung dengan cepat karena mengalami etiolasi. Hal ini terjadi karena pemanjangan batang tanaman di tempat gelap secara cepat, dipengaruhi hormon pertumbuahan, khususnya auksin yang bisa merangsang perpanjangan batang, dalam kadar cahaya yang sangat rendah. Karena keberadaannya yang gelap, maka tanaman tidak mampu berfotosintesis, sehingga batang cenderung rapuh.
Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah :
a. Sintesis Auxin
b. Pemecahan Auxin
c. In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Sebagaimana diketahui, IAA adalah endogeneous auxin yang terbentuk dari Trypthopan yang merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman di dalam proses biosintesis. Trypthopan berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole pyruvic acid dan Indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetid acid (IAA). Sedangkan mengenai perubahan Indole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzym nitrilase prosesnya masih belum diketahui.
Pemecahan IAA dapat pula terjadi di dalam alam. Hal ini sebagai akibat adanya photo oksidasi dan enzyme. Dalam peristiwa photo oksidasi ini, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang berperan dalam photo oksidasi ialah Ribovlavin dan B-Carotene.
Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidasi IAA dengan kandungan IAA dalam tanaman. Dalam hal ini apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidasi menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Di dalam daerah meristematic yang kadar auxinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasinya rendah. Sedangkan di daerah perakaran yang kandungan auxinnya rendah, ternyata aktivitas IAA oksidasinya tinggi.

KESIMPULAN
Dalam percobaan diberikan perlakuan perkecambahan di tempat gelap. Namun secara keseluruhan proses perkecambahan berlangsung dengan cepat karena mengalami etiolasi. Tentunya hal ini dipengaruhi hormon pertumbuahan, yaitu auksin yang bisa merangsang perpanjangan batang, dalam kadar cahaya yang sangat rendah. Karena keberadaannya yang gelap, maka tanaman tidak mampu berfotosintesis, sehingga batang cenderung rapuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Auksin. http:// id.wikipedia.org/, diakses pada tanggal 22 Januari 2012
Anonim. 2008. Peranan Zat Pengatur Tumbuh, http://mybioma.wordpress.com/. diakses pada tanggal 22 Januari 2012
Anonim. 2008. Plant Growth Regulator. http://emirgarden.blogspot.com/. diakses pada tanggal 22 Januari 2012
Irwanto. 2003. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Keberhasilan Stek Gofasa (Vitex cofassus Reinw). http://www.irwantoshut.com. 22 Januari 2012
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.