Minggu, 05 Februari 2012

inisiasi akar

PENDAHULUAN
Dasar Teori
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah:
1) Perkembangan buah
Pada waktu biji matang berkembang, biji mengeluarkan auksin ke bagian-bagian bunga sehingga merangsang pembentukan buah. Dengan demikian, pemberian auksin pada bunga yang tidak diserbuki akan merangsang perkembangan buah tanpa biji. Hal ini disebut partenokarpi.
2) Dominansi apikal
Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah. Dominansi apikal merupakan akibat dari transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam meristem apikal.
3) Absisi
Daun muda dan buah muda membentuk auksin, agar keduanya tetap kuat menempel pada batang. Tetapi, bila pembentukan auksin berkurang, selapis sel khusus terbentuk di pangkal tangkai daun dan buah sehingga daun dan buah gugur.
4) Pembentukan akar adventif
Auksin merangsang pembentukan akar liar yang tumbuh dari batang atau daun pada banyak spesies.
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).

Tujuan
Merangsang pembentukan akar pada stek batang kacang hijau dengan auksin.
TINJAUAN PUSTAKA
Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah: Perkembangan buah, Dominansi apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif.
Kejadian di dalam alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method yaitu dengan the straight growth tets dan curvature. Indoleacetaldehyde. Diidentifikasikan test sebagai bahan auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA.
Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah Sintesis Auxin, Pemecahan Auxin dan In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap :
a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominasi
e. Pertumbuhan akar (root initiation)
f. Parthenocarpy
g. Abisission
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi
METODOLOGI
Alat
Botol berwarna gelap, aluminium foil, pisau silet, penggaris, pisau silet, gelas piala, kapas
Bahan
30 biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), 2,4-Dinitrofenol (2,4-D)
Cara kerja
1. Merendam 10 biji kacang hijau dalam air selama 5 menit, kemudian dikecambahkan dalam botol selama 5 hari.
2. Menyiapkan 5 botol selai kemudian dibungkus dengan aluminium foil sampai tertutup rapat, kemudian menyiapkan tutup gabus dengan dilubangi di tengahnya sebagai tempat tanaman yang sudah dikecambahkan 5 hari sebelumnya. Kemudian 4 botol diberi perlakuan 2,4-D 2 ppm per liter dan 1 botol untuk kontrol.
3. Dengan pisau tajam, memotong tanaman tepat di atas permukaan tanaman. Menghilangkan kotiledon dan memotong hipokotil pada 5 cm dari berkas tempat menempelnya kotiledon. Dengan cepat dimasukkan hipokotil tersebut dalam lubang pada tutup botol sehingga pasangan daun berada di luar botol.
4. Mengamati setelah 5 hari:
a. Jumlah akar yang keluar
b. Panjang batang

HASIL PENGAMATAN
Tabel 1: Keadaan tanaman sebelum diberi perlakuan 2,4-D
No Tipe Tanaman Perlakuan Panjang batang awal (cm)
1 Kontrol 13,5
2 Perlakuan I 14,3
3 Perlakuan II 15,2
4 Perlakuan III 11,9
5 Perlakuan IV 12,2

Tabel 2: Keadaan tanaman setelah diberi perlakuan 2,4-D
No Tipe tanaman perlakuan Panjang batang setelah perlakuan (cm) Keadaan Akar
Hipokotil ke pucuk Hipokotil ke akar Panjang Total
1 Kontrol 6,8 8,3 15,1 Tumbuh 3 akar
2 Perlakuan I 8,2 9,8 18 Tidak tumbuh
3 Perlakuan II 9 10,4 19,4 Tidak tumbuh
4 Perlakuan III 6,2 8,9 15,1 Tidak tumbuh
5 Perlakuan IV 7,6 7,5 15,1 Tidak tumbuh

PEMBAHASAN

Sebagai salah satu senyawa yang masuk ke dalam grup hormon auksin, maka 2,4-D dapat bekerja maksimum untuk pembelahan dan pembesaran sel serta pembentukan akar stek bila diberikan dalam konsentrasi rendah. Herbisida jenis 2,4 -D ini tergolong ideal, karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya : relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan dalam pengaplikasiannya. Senyawa 2,4-D sangat ampuh untuk membasmi gulma berdaun sempit pada lahan persawahan (Kristisanani, 2006).

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah herbisida sistemik yang umum untuk digunakan dalam mengontrol gulma yang tumbuh dalam tanaman pertanian. Herbisida ini merupakan jenis terbanyak yang digunakan di seluruh dunia. Tidak hanya itu, 2,4-D dikenal sebagai salah satu jenis auksin sintetik yang penting. Biasanya digunakan dalam penelitian laboratorium untuk menguji berbagai tumbuhan dan sebagai suplemen pada sel tumbuhan di dalam media kultur seperti MS Medium (Winarno, 1979). Selain sebagai herbisida, 2,4-D juga berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang bila digunakan dalam konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman. Sebaliknya apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Senyawa ini memiliki sifat yang selektif pada gulma, sehingga dapat mematikan gulma tetapi tanaman pokok yang dibudidayakan tidak terganggu.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terjadi penambahan panjang batang kacang hijau sesudah diberi perlakuan hormon auksin 2,4-D. Namun setelah diberi perlakuan 2,4-D akar tidak terangsang untuk tumbuh, yaitu dengan pembuktian tumbuhnya akar pada kontrol dan tidak tumbuhnya akar pada kacang hijau yang dapat perlakuan. Seharusnya setelah pemberian hormon auksin 2,4-D dengan konsentrasi rendah, yaitu sekitar 2 ppm, akan membentuk akar primer yang banyak, tetapi pada percobaan tidak ditumbuhi akar sama sekali dari ke mpat tanaman yang diberi perlakuan 2,4-D. Mungkin hal ini disebabkan dari fisiologi kacang hijau itu sendiri. Sehingga ZPT 2,4-D tidak mampu bekerja secara maksimal


KESIMPULAN
tanaman yang diberi perlakuan dengan 2,4-D tidak tumbuh akar sama sekali, padahal seharusnya senyawa ini dapat memacu pembelahan sel tanaman dengan cepat apabila diberikan dalam konsentrasi yang rendah sehingga dapat mempengaruhi perbanyakan akar. Hal yang di duga mungkin karena keadaan fisilogi kacang hijau itu sendiri. Sehingga senyawa ini tidak mampu bekerja dengan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Peranan Zat Pengatur Tumbuh
http://mybioma.wordpress.com/. diakses pada tanggal 22 Januari 2012

Kristisanani. 2006. Pengaruh Pemberian Triakontanol terhadap Produksi tanaman Kacang Hijau (Phaseolusra diatusvar Betet). Diakses dari Http://llibrary@lib.unair.ac.id. tanggal 22 Januari 2012.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.

Winarno, F.G. dan M. Aman. 1979. Fisiologi Lepas Panen. Sustra Hudaya : Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar