Senin, 16 Januari 2012

DEFISIENSI Fe TERHADAP TANAMAN

I. LATAR BELAKANG

Kerusakan pada tanaman seringkali tidak hanya disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Tidak jarang kematian tanaman disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti kelebihan atau kekurangan air, suhu yang terlalu ekstrim serta kelebihan atau kekurangan unsur hara mikro. Pada umumnya orang lebih banyak memberikan perhatiannya pada unsur hara makro, padahal pada kenyataannya unsur hara mikro memegang peranan yang tidak kalah penting. Adanya kekurangan pada salah satu unsur mikro dapat juga menimbulkan kerusakan yang serius pada tanaman. Begitupun sebaliknya, dalam hubungannya dengan tanaman adalah bahwa setiap jenis tanaman berbeda-beda kebutuhannya akan unsur mikro sehingga kelebihan sedikit saja akan bersifat racun bagi tanaman.
Tanah pasir bereaksi masam dan telah tercuci berat berkadar unsur mikro rendah karena:
1. bahan induknya memang miskin karena unsur mikro.
2. pencucian telah menghilangkan sebagian besar dari unsur mikro yang memang sudah sedikit.
Jumlah unsur mikro dalam tanah organik tergantung dari jumlah unsur tersebut yang terkumpul ditempat, berasal dari pencucian atau penghanyutan dari tempat lain. Dalam beberapa hal, kecepatan pertumbuhan begitu lambat sehingga kadarnya selalu rendah dan lebih rendah daripada tanah mineral disekitarnya. Usaha intensif di tanah organik mempercepat munculnya kekurangan unsur mikro. Sebagian besar dari hasil pertanaman diangkut dari tanah. Akhirnya hara mikro dan makro harus ditambahkan dalam bentuk pupuk bila sesuatu tingkat produksi diinginkan.penanaman tanah mineral yang dipupuk secara intensif mempercepat munculnya kekurangan unsur mikro, terutama bila tanah bertekstur kasar.
Berikut adalah gejala yang timbul akibat kekurangan dari unsur mikro (Fe). Besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan unsur esensial karena merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu dan merupakan bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis dan respirasi (Benyamin, 2008). Fe diserap tanaman dalam bentuk Fe2+ dan Fe3+ . Penting bagi pembentukan klorofil, zat karbohidrat, lemak, protein dan enzim. Akan tetapi meskipun Fe tidak menjadi komponen zat klorofil, namun berperan sebagai katalisator pada sintesa polisakarida. Jika unsur Fe tidak terdapat maka akan terjadi penimbunan NO- dan SO42- (Mulyani, 2002). Fungsi unsur Fe didalam tanaman ikut didalam proses oksidasi reduksi di dalam fotosintesis dan respirasi, sebagai kofaktor beberapa enzim seperti λ-aminolevulinat sintetase, pepti dilprolin hidrolase (Liliek agustina, 1990).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Kerak bumi mengandung 56.000 ppm Fe yang terikat dalam batuan beku, batuan endapan dan jabarannya. Batu granit mengandung 27.000 ppm, basalt 86.000 ppm, batu kapur 3.800 ppm, batu pasir 9.800 ppm dan batu liat 47.000 ppm. Mineral utama yang mengandung besi antara lain, a) oksida : gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), b) sulfida : pirit (FeS), pirotit, c) silikat : olivin (Mg, Fe)2SiO4, kamosit dan glaukonit.
Sumber Fe Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik), sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Bentuk Fe Tersedia Bagi Tanaman Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3). Fungsi dan Defisiensi (kekurangan/kelebihan) Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
a. Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2O
b. Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O

Klorosis yang umum terdapat pada tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah berkapur sering diacu sebagai klorosis yang terangsang oleh kapur. Istilah ini dipakai karena tanaman yang menderita klorosis yang terangsang oleh kapur dapat mempunyai kadar Fe yang rendah maupun tidak. Imobilisasi Fe dalam jaringan diakui merupakan faktor utama. Kekurangan Fe tanaman-tanaman yang klorotik sering lebih tinggi daripada tanaman-tanaman yang sehat.
Faktor utama yang berkaitan dengan klorosis pada tanah-tanah berkapur tampaknya adalah pengaruh ion bikarbonat pada penyerapan dan/atau translokasi dalam tanaman. Disamping pengaruh ion bikarbonat terhadap ketersediaan Fe, terdapat beberapa interaksi hara lain yang diketahui mempengaruhi penggunaan dan penyerapan Fe oleh tanaman. Para peneliti telah mengamati bahwa sejalan dengan menjadi rendahnya pasokan Fe pada tanah-tanah alkalin dan berkapur karena tingginya pH, hara mikro yang lain akan merangsang kekurangan Fe. Pengaruh hara mikro lainnya sering lebih parah pada tanah-tanah alkalin. Tanah-tanah ini sering mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, yang mempengaruhi pasokan hara mikro.
III. PEMBAHASAN

Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur (Sumber: Wikipedia Besi (Fe)). Kekurangan unsur besi (Fe) biasanya terjadi di daerah dengan tanah berkapur. Kekurangan zat besi pada tanaman akan menimbulkan gejala klorosis (penguningan) di antara tulang-tulang daun terutama pada daun-daun muda. Gejala klorosis dapat bervariasi dari yang ringan sampai parah dan mudah untuk dikenal atau diidentifikasi.

Kekurangan unsur Fe:
1. Klorosis biasanya pada daerah alkali
2. Daun muda berwarna putih pucat lalu kekuningan, dan akhirnya rontok. Tanaman perlahan-lahan mati dimulai dari puncak.
3. Menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastis.
4. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.
Gejala klorosis tersebut antara lain:
1. Klorosis ringan: daun-daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan di antara tulang-tulang daun
2. Klorosis sedang: Daun-daun baru mempunyai bagian-bagian yang benar-benar berwarna kuning tetapi tulang-tulang daun, bahkan tulang-tulang daun yang kecil tetap berwarna hijau normal.
3. Klorosis parah: daun-daun baru berwarna kuning pucat sampai berwarna seperti jerami, tulang daun tengah/utama mungkin tidak hijau lagi. Pada saat musim panas bisa timbul bercak-bercak berwarna coklat pada daun; seluruh atau sebagian daun menjadi kering, daun-daun bisa gugur.
Gejala yang timbul akibat defisiensi:
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
b. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih
c. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
d. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.

Penanganan
1. Meminimalkan faktor penyebab kekurangan unsur hara mikro. Rendahnya unsur hara mikro dalam tanah dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
a. Kesalahan dalam teknik budidaya
b. Terjadi secara alami karena beberapa hal antara lain:
• Terangkutnya unsur mikro bersama bagian tanaman yang dipanen sehingga persediaannya dalam tanah mencapai titik yang tidak dapat lagi menunjang pertumbuhan tanaman secara optimal.
• Adanya proses pencucian terutama pada tanah yang berpasir. Tanah yang ditanami secara intensif, namun pupuk yang diberikan hanya mengandung unsur hara makro saja.
2. Pemupukan Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara mikro, kita harus melakukan pemupukan tambahan dengan memberikan pupuk pelengkap. Bisa juga kita menggunakan pupuk campuran yang didalamnya sudah mengandung unsur hara makro maupun mikro. Adapun pemberian pupuk tersebut dapat dilakukan melalui akar ataupun lewat daun.
3. Pengaturan PH Tanah Mengingat pH tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan unsur hara mikro, maka pengaturan pH tanah sangat diperlukan. Bila pH tanah rendah, maka dapat dinaikkan dengan pengapuran (dolomit atau kiseret) sedangkan pada pH tinggi dapat diturunkan dengan memberikan belerang. Pada tanah yang ber-pH 5.5 – 6.2 jarang terjadi kekurangan unsur mikro.

IV. KESIMPULAN

1. Fe merupakan unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman. Unsur Fe merupakan unsur pembentuk korofil. Didalam tubuh tanaman Fe berada sebagai penyusun fitoferitin (garam feri posfo protein) yang terdapat didalam kloroplas dan senyawa ini yang menentukan proses pembentukan klorofil.
2. Unsur Fe dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+).
3. Unsur Fe banyak terdapat pada pH asam dan kurang pada pH basa (alkalis) namun tersedia cukup pada kisaran pH 7 netral.
4. Gejala defisiensi yang mulai tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati.



DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Liliek. 1990. Nutrisi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Radja Grafindo Persada. Jakarta.
Mulyani, M. S. 2002. Pengantar Ilmu Tanah: Terbentuknya Tanah da Tanah Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Sabtu, 14 Januari 2012

perbedaan suhu

DASAR TEORI

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Suhu tubuh manusia diatur oleh system thermostat di dalam otak yang membantu suhu tubuh yang konstan antara 36.5°C dan 37.5°C. Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yangdiambil dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37°C, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36.5°C sedang directum (anus) sekitar 37.5°C. Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama.
Beberapa factor yang mempengaruhiperubahan suhu tubuh,antara lain:
  1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
  2. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu,rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
  3. Hormon pertumbuhan hormon pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%.Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
  4. Hormone tiroid fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatasnormal.
  5. Hormon kelamin Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
  6. Demam ( peradangan )Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
  7. Status giziMalnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidakada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator

TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mempraktikkan penggunaan thermometer klinis dan mengetahui suhu tubuh manusia pada beberapa bagian tubuh dan keadaan lingkungan yang berbeda.

METODOLOGI

Alat dan Bahan
  1. Termometer
  2. Baskom besar berisi air es
Tata Kerja
  1. Diukur suhu tubuh dengan thermometer dilakukan di fossa axillaris dan mulut.
  2. Probandus tidur terlentang dengan bagian atas terbuka.
  3. Ujung termometer dimasukkan ke fossa axillaris dan lengan diarahkan ke arah dada sehingga fossa axillaris tertutup.
  4. Ditunggu hingga terdengar bunyi dari termometer kemudian hasilnya dibaca dan dicatat.
  5. Kemudian termometer dimsukkan di bawah lidah dan ditutup rapat.
  6. Ditunggu hingga terdengar bunyi dari termometer dan dicatat hasilnya.
  7. Selanjutnya probandus bernafas melalui mulut terbuka.
  8. Temperatur dibaca setelah 5 menit dan setelah 10 menit.
  9. Probandus kemudian berkumur dengan air es dan temperatur dibaca setelah 5 menit dan setelah 10 menit.
  10. Dan semua hasil dicatat dalam suatu tabel.

HASIL PENGAMATAN

Tabel Hasil Pengamatan Suhu


Perbedaan waktu
Suhu tubuh
Suhu Ruang
Suhu Luar Ruang
Suhu Dalam Greenhouse
15.00-17.00
  1. 36,9°C
  2. 34,0°C
  3. 35,5°C
  1. 36,9°C
  2. 32,6°C
  3. 35,0°C
29°C
29°C
30,4°C
10.30-14.30
  1. 36,9°C
  2. 34,0°C
  3. 35,5°C
  1. 36,9°C
  2. 32,6°C
  3. 35,0°C
30°C
32,5°C
33°C


Keterangan:
  1. Suhu mulut normal
  2. Suhu mulut setelah berkumur es batu
  3. Suhu Fossa Axillaris (ketiak)

PEMBAHASAN

Percobaan dilakukan dengan mengukur suhu oral o.p. Suhu oral istirahat rata-rata adalah 37˚C, dengan rentang normal antara 36,5˚C – 37,4˚C. Dari hasil dapat dilihat bahwa o.p memiliki suhu oral istirahat yang normal.
Pada kondisi o.p. bernapas melalui mulut didapatkan hasil suhu oral o.p menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan karena terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan dengan tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Proses ini terjadi berulang-ulang selama 2 menit. Hal inilah yang menyebabkan suhu oral menjadi lebih rendah ketika diukur setelahnya.
Pada kondisi o.p. berkumur dengan air es didapatkan hasil suhu oral o.p. juga menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan terjadi pertukaran panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu kesetimbangan.
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa antara suhu tubuh orang laki-laki dan permpuan mengalami perbedaan.Pada mulanya pria memiliki suhu mulut normal sama dengan perempuan, yaitu sebesar 36,9°C. Namun setelah berkumur dengan air es selama 1 menit suhu mulut probandus laki-laki dan perempuan mengalami perbedaan, yaitu suhu mulut probandus laki-laki lebih tinggi daripada probandus perempuan. Demikian juga dengan suhu tubuh Fossa Axillaris (ketiak) probandus laki-laki dan perempuan mengalami perbedaan, yaitu suhu tubuh probandus laki-laki lebih tinggi daripada probandus perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh juga, diketahui bahwa suhu tubuh probandus tidak mengalami perbedaan tingkat suhu tubuh dalam waktu berbeda.
Jika dilihat dari faktor suhu ruang, suhu luar ruang dan suhu dalam greenhouse, dari data yang diperoleh, diketahui bahwa perbedaan waktu sangat mempengaruhi suhu di masing-masing tempat. Suhu paling tinggi pada masing-masing faktor berada pada kisaran waktu pukul 10.30-14.30. Hal ini disebabkan pengamatan dilakukan pada siang hari sehingga suhu relatif lebih tinggi.

KESIMPULAN

Suhu tubuh o.p saat dilakukan pengukuran adalah normal ±37˚C. Suhu tubuh dapat berubah dalam pengukuran akibat faktor dari luar seperti yang dilakukan dalam percobaan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengaturan Suhu Tubuh. http://www.staff.ui.ac.id/thermoregulation. Diakses pada Tanggal 6 Januari 2012 pukul 18.05 WIB
Gębczyński, Andrzej. K.  Daily Variation of Body Temperature, Locomotor Activity And Maximum Nonshivering Thermogenesis in Two Spesies of Small Rodents. Elsevier : Journal of The Biology 29 (2004) : 123-131.
Guyton, Arthur. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Hidayati, Dewi. 2010. Modul Fisiologi Hewan. FMIPA ITS : Surabaya.
Lim, Leong.C., Byrne, C . Human Thermoregulation and Measurement of Body Temperature in Exercise and Clinical Settings. Thermoregulation in Sports and Exercise 2008; 37 (4).
Ritarwan, Kiking. 2003. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcame Penderita Stroke yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara : Medan.











naisyah140@gmail.com

Kamis, 12 Januari 2012

pengaruh cahaya terhadap perkecambahan jagung dan kacang hijau

DASAR TEORI

Pertumbuhan adalah bertambah besarnya suatu individu akibat pembelahanmitosis dan penambahan materi.Perkembangan adalah diferensiasi sel membentuk struktur dan fungsi tertentu.Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dengan berkecambahnya biji. Perkecambahan terjadi malalui proses fisika, yaitu penyerapan air dan proses kimia yaitu aktivitas enzim. Perkecambahan disebut epigeal jikakotiledonnya terangkat ke atas permukaan tanah, dan hypogeal jika kotiledonnyatetap berada di bawah permukaan tanah.Titik tumbuh pada tumbuhan terdapat padaujung akar dan ujung batang.Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dipengaruhioleh faktor luar dan faktor dalam.Faktor luar meliputi air, cahaya, kelembapan, danmakanan. Faktor dalam meliputi gen dan hormon.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh hal-hal seperti makanan,yang berguna untuk sumber energi dan sintesis komponen sel. Sedangkan air bergunauntuk fotosintesis dan mengaktifkan reaksi enzimatik, suhu yang optimum diperlukanuntuk kerja enzim. Kondisi lembap diperlukan untuk aktifitas pemanjangan sel. Sertacahaya berpengaruh pada pertumbuhan dan pembuangan.Gen, dibutuhkan untuk mengotrol sintesis protein dan hormon berfungsi untuk mengatur pertumbuhan,misalnya auksin, sitokinin, giberelin, asam traumalin, dan kalin.Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhanmempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan(Marjenah,2001).
Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis, fototropisme, danfotoperiodisme.Efek cahaya meningkatkan kerja enzim untuk memproduksi zatmetabolik untuk pembentukan klorofil. Sedangkan, pada proses fotosintesis,intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis saat berlangsung reaksi terang. Jadicahaya secara tidak langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangantanaman, karena hasil fotosintesis berupa karbohidrat digunakan untuk pembentukanorgan-organ tumbuhan.Perkembangan struktur tumbuhan juga dipengaruhi oleh cahaya(fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis ini dapat dengan mudah diketahui dengancara membandingkan kecambah yang tumbuh di tempat terang dengan kecambah daritempat gelap. Kecambah yang tumbuh di tempat gelap akan mengalami etiolasi ataukecambah tampak pucat dan lemah karena produksi klorofil terhambat olehkurangnya cahaya. Sedangkan, pada kecambah yang tumbuh di tempatterang, daun lebih berwarna hijau, tetapi batang menjadi lebih pendek karena aktifitashormon pertumbuhan auksin terhambat oleh adanya cahaya.Beberapa contoh aktivitas tumbuhan yang dipengaruhi oleh cahaya yaitu (Marjenah, 2001):
1. Fototropisme,percobaan N Cholodny dan Frits went menerangkan bahwa pada ujung koleoptil tanaman, pemanjangan sel yang lebih cepat terjadi di sisi yang teduh dari pada sisi yang terkena cahaya. Sehingga, koleoptil membelok ke arah datangnya cahaya. Hal ini terjadi, karena hormon auksin yang berguna untuk pemanjangan sel berpindah dari sisi tersinari ke sisi terlindung. Banyak jenis tumbuhan mampumelacak matahari, dalam hal ini lembar datar daun selalu hampir tegak lurus terhadapmatahari sepanjang hari. Kejadian tersebut dinamakan diafototropisme. Fototropismeini terjadi pada famili Malvaceae.
2. Fotoperiodisme, interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan mempengaruhi proses pembungaan. Lama siang hari di daerah tropis kira-kira 12 jam. Sedangkan, di daerah yang memiliki empat musim dapat mencapai 16 ± 20 jam. Respon tumbuhan yang diatur oleh panjangnya hari ini disebut fotoperiodisme. Fotoperiodisme dipengaruhioleh fitokrom (pigmen penyerap cahaya). Fotoperiodisme menjelaskan mengapa pada spesies tertentu biasanya berbunga serempak. Tumbuhan yang berbunga bersamaan ini sangat menguntungkan, karena memberi kesempatan terjadinya penyerbukan silang. Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam,yaitu:
• Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinarankurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung,kedelai, anggrek, dan bunga matahari.
• Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 ± 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau.
• Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
• Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar dan kapas.
3. Fotosintesis, fotosintesis merupakan proses pemanfaatan enegi matahari oleh tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast. Dalam fotosintesis terdapat dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap (siklus Calvin). Reaksi terang terjadi pada grana (granum), sedangkan reaksi Calvin terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam siklus Calvin terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam siklus Calvin diperoleh dari reaksi terang. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 ± 700 nm), hijau kuning(510 ± 600 nm), biru (410 ± 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Sejumlah Angiospermae efisien dalam melakukan fotosintesis pada intensitas cahaya rendah daripada intensitas cahaya tinggi, sedangkan banyak Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi. Perbandingan antara kedua kelompok tanaman tersebut pada intensitas cahaya rendah dan tiaggi seringkali dapat memberikan tekanan-tekanan pada kapasitas fotosintesis terutama pada penimbunan makanan.
4. Diameter dan Tinggi Tanaman, pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman dipengaruhi oleh cahaya, pertumbuhan tinggi lebih cepat pada tempat ternaung daripada tempat terbuka. Sebaliknya, pertumbuhan diameter lebih cepat pada tempat terbuka dari pada tempat ternaung sehingga tanaman yang ditanam pada tempat terbuka cendrung pendek dan kekar. Sudut percabangan tanaman lebih besar di tempat ternaung dari pada di tempat terbuka. Pertumbuhan diameter batang tergantung pada kelembaban nisbi, permukaan tajuk dan sistem perakaran juga dipengaruhi iklim dan kondisi tanah. Tingginya suhu udara akan meningkatkan laju transpirasi, hal ini antara lain dapat ditandai dengan turunnya kelembaban udara relatif. Apabila hal seperti ini cukup lama berlangsung maka, dapat menyebabkan keseimbangan air tanaman terganggu dan dapat menurunkan pertumbuhan tanaman termasuk diameter tanaman. Secara keseluruhan membuktikan bahwa dalam pertumbuhannya, tumbuhan sangat memerlukan cahaya (sinar), sehingga pada kondisi dimana tumbuhan cukup mendapatkan cahaya untuk aktivitas fisiologisnya, tumbuhan cenderung melakukan pertumbuhan ke samping (pertumbuhan diameter).
5. Ketebalan dan Luas Daun, beberapa jenis tanaman yang ditanam pada bedengan dengan naungan sarlon mempunyai luas daun yang lebih besar daripada yang ditanam di bedengan tanpa naungan, hal ini membuktikan bahwa telah terjadi perubahan morfologi pada tanaman sebagai akibat dari perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Hal inisesuai dengan pernyataan Ducrey (1992) bahwa morfologi jenis memberikan respon terhadap intensitas cahaya juga terhadap naungan. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada jika berada pada tempat terbuka. Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka.. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada ditempat terbuka serta tanaman yang ditanam ditempat terbuka mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung.
6. Jumlah Klorofil Daun, jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Ditempat terbuka mempunyai kandungan klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempatterbuka.
7. Transpirasi, tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi prosesfotosintensis tidak dapat berlangsung tanpa cahaya matahari serta pengaruh cahayaterhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhantinggi, ukuran daun serta batang.Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling penting bagi tanamankarena merupakan sumber energi bagi fotosintesis tanaman. Cahaya yang paling penting bagi tanaman adalah cahaya tampak, yang memiliki panjang gelombangantara 390 – 700nm. Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanamanmerupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahayayang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini umum dilakukan jikaintensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada. Namun perludiperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai intensitas cahayatinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu (misal pohon teh untuk membuat teh putihatau tembakau untuk mendapatkan daun yang lebar dan tipis) (Wikipedia, 2011).Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar berbungaatau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak, misalnya anggrek cattleya tidak akan berbunga jika lamanya penyinaran melebihi 15 jam sehari.

TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap morfologi Vigna radiatadan Zea mays.

MATODOLOGI
1. Alat dan Bahan
• Kacang hijau (Vigna radiata)
• Jagung (Zea mays)
• Kapas dan Air
• Cawan petri
2. Prosedur kerja
• Masing-masing tanaman diberi perlakuan gelap dan terang, setiap perlakuan terdapat 10 benih tanaman (jagung dan kacang hijau)
• Benih jagung dan kacang hijau dikecambahkan selama 7 hari, Kemudian setelah 3 hari diamati jumlah tanaman yang tumbuh dan setelah 7 hari diamati tinggi tanaman, panjang akar, jumlah daun, berat basah, jumlah yang tumbuh dan suhu ruang penanaman.

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Pengamatan setelah 3 hari perlakuan
Parameter Jagung Kacang Hijau
Gelap Terang Gelap Terang
Jumlah yang tumbuh 8 3 10 10

Tabel 2. Hasil pengamatan setelah 7 hari perlakuan

Parameter Jagung Kacang Hijau
Gelap Terang Gelap Terang
Tinggi Tanaman 16 12.5 21 15.5
Panjang Akar 25 7.5 13 5.5
Jumlah Daun 1 2 2 2
Jumlah yang tumbuh 10 10 10 10
Berat basah 66 (gr) 40 (gr) 53 (gr) 36 (gr)
Suhu 25oC 26oC 25oC 26oC
Morfologi Etiolasi Hijau Etiolasi Hijau

 PEMBAHASAN
Dari data diatas diperoleh semua tanaman denga perlakuan gelap lebih cepat tumbuh di bandingkan dengan tanaman dengan perlakuan terang, tetapi dalam pekembangan tumbubuhan tersebut perlakuan gelap lebih lamban dari pada perlakuan terang, pada semua tanaman hasil perlakuan gelap mengalami etiolasi, etiolasi sendiri ialah pertumbuhan suatu tanaman yang sangat cepat, namun tanaman dalam keadaan lemah, pucat dan tidak kokoh. Hal ini terjadi akibat tanaman tidak terkena cahaya matahari, dimana warna kuning diakibatkan kloroplas yang tidak bekerja dengan baik (tidak terkena cahaya matahari) yang disebut etioplas yang menumpuk dan menyebabkan produksi makanan menurun sehinga tanaman tidak kokoh.Kemudian terjadinya pertumbuhan yang cepat diakibatkan oleh hormon auksin yang bekerja dengan baik (cahaya berpengaruh negatif terhadap hormon auksin).
Nampak jelas dari hasil tersebut bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari cahaya matahari dengan tumbuh kembang tanaman, selain faktor yang telah disebutkan. Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman, terutama dalam proses fotosintesi dimana pada reaksi terang (di grana), energi yang digunakan adalah energi cahaya matahari diubah menjadi energi kimia.

KESIMPULAN
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis.Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanamanitu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah,sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan namun dapat membantu proses perkembangan kecambah tersebut.

DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2010. Etiolasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Etiolasi. Diakses Selasa 04 Januari 2011 jam 17:00 WIB.
Irma I. 2010. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau.http://imaairana.wordpress.com/pengaruh-cahaya-terhadap-pertumbuhan-kacang-hijau/. Diakses Selasa 04 Januari 2012 Jam 16.00 WIB.
Karmana, Oman.2007.Cerdas Belajar Biologi.Jakarta:Grafindo.
Sitompul SM dan Djoko Purnomo.2004. Peningkatan Kinerja Tanaman Jagung dan Kedelai pada Sistem Agroforestri Jati dengan Pemupukan Nitrogen.PDF hal 78-79.

Sabtu, 07 Januari 2012

faktor abiotik

  1. PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Faktor abiotik adalah pengaruh-pengaruh fisika, kimia dan faktor-faktor tak hidup lain pada lingkungan yang tidak berasal dari makhluk. Suhu dan kelembaban adalah salah satu faktor abiotik yang merupakan faktor pembatas utama yang menentukan distribusi kehidupan di atas bumi. Faktor pembatas dapat didefinisikan sebagai suatu faktor yang menentukan ada tidaknya suatu organisme dalam suatu habitat. Selain suhu dan kelembaban, ada beberapa faktor pembatas lainnya yang dipelajari dalam praktikum kali ini.
Pembelajaran ini menarik untuk dilakukan untuk mengetahui bagaimana lingkungan yang produktif, nyaman, bermanfaat bagi biotik. Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan melakukan aktivitas. Dengan adanya faktor abiotik yang tepat, maka kehidupan makhluk akan berjalan dengan normal.
  1. TUJUAN
  • Untuk mengetahui teknik sederhana untuk mengukur beberapa faktor lingkungan termasuk iklim mikro faktor geografis dan faktor edafis.
  • Untuk mempelajari interaksi di antara faktor abiotik yang diamati.
  1. STUDI PUSTAKA
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta matahari.
Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan manusia.
Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, yaitu :
1) Bernapas.
2) Tumbuh.
3) Berkembang biak.
4) Iritabilita.
5) Makan dan minum.
6) Melakukan ekskresi.
7) Beradaptasi dgn lingkunagnnya.
Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan melakukan aktivitas. Faktor abiotik yang dipelajari dalam praktikum ini antara lain iklim mikro, faktor geografis, dan faktor edafis.
  1. Iklim mikro
  1. Suhu (temperatur)
Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai.
  1. Kelembapan udara
,div align="JUSTIFY" class="western" lang="en-US" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.8in;">
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef, 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2005).
  1. Cahaya
Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
  1. Evaporasi
Adalah kemampuan udara menguapkan sejumlah air pada selang waktu tertentu.besarnya air yang diuapkan dapat diukur dengan evaporimeter atau metode gravimetri.
  1. Faktor geografis
  1. Topografi
Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.
  1. Ketinggian
Ketinggian diukur dari permukaan laut dengan altimeter. Perbedaan ketinggian akan mempengaruhi iklim.
  1. Kemiringan
Kemiringan diukur degan haga meter, busur derajat atau kompas lapang.
  1. Faktor edafis
  1. Jenis tanah
Seperti yang kita ketahui, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak adalah tanah. Manusia dapat beraktifitas, membangun rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari. Ada beberapa tipe tanah yang ada, misalnya latosol (warna merah), andosol (warna merah kehitaman), podsol (kelabu tua - merah), grumosol (warna merah), regosol, aluvial dll.
  1. Sifat fisika tanah
Meliputi:
  • Tekstur dan struktur tanah.
  • Temperatur tanah
  • Kelembapan tanah
  • Ketersediaan air tanah
  1. Sifat kimia tanah
Meliputi:
  • Keasaman tanah
  • Senyawa organik tanah
  • Ketebalan serasah dan humus tanah

















  1. METODOLOGI
  1. Alat dan Bahan
  1. Alat
  • Termometer dry-wed
  • Higrometer
  • Cawan petri
  • Timbangan elektrik
  • Busur
  • Penggaris
  • Penggalih tanah
  • Kincir
  • Oven
  • Kompor gas
  • pH meter
  1. Bahan
  • Tanah
  • Air
  1. Cara kerja
  1. Menentukan lokasi disekitar kampus.
  2. Melakukan pengukuran beberapa faktor lingkungan termasuk iklim mikro, faktor geografis, dan faktor edafis.
  3. Menjelaskan faktor abiotik mana yang terpengaruh oleh faktor biotik, berdasarkan data yang dihasilkan.
  4. Menjelaskan ada tidaknya interaksi antara faktor abiotik yang diamati.








  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil
  • Tabel hasil pengukuran faktor abiotik di tanah lapang depan rusunawa unisma.
Faktor abiotik
Lokasi I
Faktor Iklim Mikro

Temperatur (C)
33.5 C
Kelembaban relatif (%)
67%
Evaporasi (g.cm-2.j-1)
0,0686 cm-2.j-1
Arah angin
selatan
Kecepatan angin (km.j-1)
0,583 km.j-1
Curah hujan (mm)

Faktor Geografis

Topografi
datar
Ketinggian (m dpl)
440-667 m dpl
Kemiringan ()
0
Faktor edafis

Jenis
Latosol
Tekstur
Tanah liat
Struktur
Beragregat
Temperatur (C)
34 C
Kelembaban (%)
32,1%
;/td>
Ketersediaan air (-kPa)

Keasaman
pH=6
Kadar senyawa organik (%)

Ketebalan serasah (cm)
0,5 cm
Ketebalan humus (cm)
100 cm




  1. Pembahasan
  1. Iklim Mikro
  1. Temperatur
Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu malang berdasar hasil tinjauan dari Badan Metereologi Keologi dan Geofisika (BMKG) adalah max 32,7C dan min 18,4C. Tetapi hasil praktikum di lapangan, suhu di tanah lapang depan rusunawa unisma yang berada dalam cuaca cerah adalah 33,5C. Ini menunjukkan bahwa suhu di malang meningkat.
  1. Kelembaban udara
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena penguapan. Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup di tempat-tempat yang lembab. Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup ditempat-tempat kering. Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2005). Berdasar tinjauan dari Badan Meteorologi Keologi dan Geofisika (BMKG), kelembaban malang adalah max 99% dan min 40%. Kelembaban udara di tanah lapang depan rusunawa unisma adalah 67%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban ditempat tersebut normal.
  1. Evaporasi
Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2005).
  1. Faktor Geografis
  1. Topografi
Topografi mempengaruhi komunitas karena berkaitan dengan keadaan struktur tanah. Topografi di tanah lapang depan rusunawa unisma adalah datar. Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup
  1. Ketinggian
Berdasar dari Badan Meteorologi Keologi dan Geofisika, Kota malang terletak pada ketinggian 440 – 667m dpl.
  1. Kemiringan
Kemiringan tanah lapang depan rusunawa unisma adalah 0. Karena topografi tanah lapang depan rusunawa unisma adalah datar.
  1. Faktor edafis
  1. Jenis tanah
Jenis tanah yang terdapat pada lokasi paraktikum ini adalah latosol. Berdasar tijauan dari Badan Meteorologi Koelogi dan Geofisika jenis tanah kota malang adalah alluvial kelabt kehitaman, mediteran coklat, dan asosiasi latosol coklat.
  1. Sifat fisika tanah
Tekstur tanah lokasi praktikum ini adalah tanah liat dan mempunyai temperatur 34C, dan kelembabannya adalah 32,1%.
  1. Sifat kimia tanah
Keasaman tanah lokasi praktikum ini adalah 6, ni termasuk dalam keadaan basa. Ketebalan serasahnya adalah 0,5 cm, dan ketebalan humus adalah ± 100 cm, keadaan ini memungkin tanah untuk dapat diberdayakan menjadi tanah yang produktif.



  1. KESIMPULAN
Faktor abiotik sangat mempengaruhi distribusi kehidupan diatas bumi. Dalam praktikum kali ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kehidupan organisme diatasnya adalah hanya lahan kosong, yang ditumbuhi tumbuhan bangsa rerumputan. Keadaan yang demikian karena kelembapan pada lokasi ini sangat rendah. Meski cahaya matahari dapat memberikan cahayanya namun tidak ada upaya untuk menjadikan lokasi ini produktif. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Pada tempat yang terang, faktor faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan intensitas cahaya cenderung lebih tinggi daripada di daerah yang redupSedangkan untuk faktor lingkungan seperti kelembaban udara dan kelembaban tanah lebih rendah dibandingkan di daerah redup.

  1. DAFTAR PUSTAKA
Chantalakhana.2005.Faktorabiotik sebagai Pendukung Biotik. Pekanbaru. FMIPA UIR
Hayati, A.2011. Petunjuk Praktikum Ekologi Umum. Malang: Biologi FMIPA Unisma
http://biologyjjang.blogspot.com/2011/03/laporan-ekologi-tumbuhan-faktor-faktor.html
http://pageblog-idcode.blogspot.com/2011/01/faktor-faktor-abiotik.html
Skunmun, 2005.Faktor Abiotik.Yogyakarta. UGM Press